![]() |
| Puisi Jalan Itu |
Jalan Itu: Sebuah Pencarian dalam Puisi
Puisi adalah wadah paling sunyi dan sekaligus paling jujur untuk menyampaikan perasaan terdalam. Dalam puisi "Jalan Itu" dalam puisi ini kita diajak menyusuri langkah-langkah seorang pencari yang diliputi harapan, ilusi, dan penantian. Puisi ini menyimpan renungan yang dalam tentang perjumpaan dan kemungkinan yang tak kunjung nyata.
Puisi: Jalan Itu
Jalan Itu
Telah kusaksikan sepanjang jalan
Tak satu jua kulewatkan
Ku coba riang-riangkan hati ini
Aku berkata: "dia pasti ada di kerumunan ini
Dia pasti berjalan di tengah onggokan daging berfikir ini"
Kembali ku riang-riangkan sanubari
"Ah, mungkin dia telat atau aku yang terlewat"
Di sana dia pasti ada
Mengenakan gamis putih, sesuci jiwanya
Tersenyum lebar menitikkan air mata
Tapi itu hanya pikirku untuk meriangkan hatiku
Jalan itu aku tahu
Aku selalu mencoba meriangkan hatiku
Makna dan Refleksi
Puisi ini menggambarkan pergulatan batin seseorang dalam mencari sosok yang dinantikan—entah seseorang yang dicintai, sosok ideal, atau bahkan makna hidup itu sendiri. Jalan yang dilalui penuh keraguan, namun harapan menjadi satu-satunya hal yang membuat sang pencari tetap bertahan. Imajinasi menjadi pelipur, meski tak selalu berujung pada kenyataan.
Pembacaan Personal
Baris demi baris dalam "Jalan Itu" menyoroti kerentanan hati manusia saat berhadapan dengan penantian dan kemungkinan yang tidak pasti. Sang penulis menunjukkan bagaimana pikiran dan harapan bisa menjadi alat pertahanan saat kenyataan terasa terlalu sunyi. Ini adalah puisi yang sederhana namun menyentuh sisi terdalam dari pencarian makna dan kehadiran.
Credit
Judul puisi: Jalan Itu
Tema puisi: Pencarian, Harapan, dan Imajinasi
Penulis asli: Diego Alpadani
Jenis puisi: Puisi spiritual/reflektif dan eksistensial
